Senin, 20 Juli 2015

Saya! Bela Lars Ulrich...



"Drummernya Metallica gak asik..."

Yah, boleh saya share opini saya sedikit.

Pertama, main influence saya utk pertama kali main drum adalah Lars Ulrich di tahun 1995.

Tapi pasti adaaa aja yg "merendahkan" Lars sebagai Drummer Metallica. Dibilang monoton, gitu2 aja, gak jago padahal setupnya gede? Hmmm...

Kalau dikatakan "begitu-begitu aja" ya musik Metallica ya seperti itu. Itu yang namanya ciri, benang merahnya.

Apakah lagu2 pantas Metallica menggunakan fill-in Linear ala "gospel" masa kini?

Apakah lagu Metallica pantas main snarenya pake Brush?

Apakah pantas lagu2 Metallica dimainkan dengan instrument tambahan seperti Octoban, Cowbell, Jamblock, rebana, gendang atau ketipung?

Kalau ada yg bilang "Metallica main odd meter donk!". Oh, Metallica main Odd Meter pada album awal2 mereka lho, bahkan lebih dulu ketimbang Dream Theater (influence besar Dream Theater itu Metallica lho).

Boleh dicek pada album Ride The Lightning 1984?) dan And Justice For All 1988?). Bahkan pada lagu Master of Puppets, verse-nya memiliki tanda birama 21/32.

Kenapa sekarang gak ada odd time? Well, people gets tired. Mereka mengakui itu capek main odd time. 😊

"Lars mainnya gak jago!" Hehehe... menurut saya, siapapun Drummernya yang pernah bercokol dan besar di dunia rekaman analog (rekam pakai pita) adalah Drummer2 SAKTI.

Kenapa Sakti? Era rekaman ANALOG adalah era rekaman paling jujur. Apa adanya. Apa yg dimainkan ya itu hasilnya. Gak ada proses editing, gak ada proses manipulasi suara.

Klo gak ngerti, nih saya kasih contoh rekaman sekarang.

1. Take drum

2. Hasil rekaman drum temponya kabur, ketukan snare kabur2an.

3. "Tenang" kata operator rekaman. Bisa saya edit semua. Hohohoho sambil tersenyum.

4. Tadaaa!!! Dalam hitungan menit, beat drum ancur jadi rapih karena ditolong software. Suara snare digeser, suara kick direplace. Wahh, sempurna pokoknya.

5. Si Operator nanya "eh, snarenya gak tune nih. Gw replace sama suara Snare Yamaha yah. Keren deh!" Tadaa!!! Suara snare pun berubah.

Lah, apa gunanya mic drum dari awal? Hahaha 😅

"Eh, ada snare gak pas tuh di akhir lagu" kata gitarisnya. "Ow, itu gampang" kata Operator "nih, tinggal gw geser. Beres kan?" Hohohoho

Enaknya...

Dan... banyak lho band2 luar yang Drummernya dibantu oleh teknology. Termasuk hasil rekaman "Live" mereka. Jangan salah, hari gini rekaman Live itu masih melampaui proses editing lho.

Bahkan parahnya lagi banyak band2 Metal juga yg drum pada lagu2 mereka menggunakan drum machine. Saya tau lah siapa aja bandnya, tapi kalau dikasih tau  kecewa deh. 😊

Nah, gimana kalau proses rekaman Analog?

1. Take drum
2. Beatnya ancur, temponya kabur.
3. Take ulang dari awal
4. Masih ancur? Disuruh pulang, belajar lagi. Bulan depan re-take.

Nah, itu kalau band ecek2 coba rekaman analog. Kalau professional macam Lars?

1. Take drum
2. Kalau ada tempo kabur, Lars minta take dari awal.
3. Ketika selesai. Hasil drum didengar bareng.
4. "Lars. Snare ada yg kabur tuh bagian akhir" kata Bob Rock, producernya.
5. "F*ck!!!" Kata Lars. "Okey, saya take ulang. Istirahat dulu. (Dari dokumenter pembuatan Black Album)

Nah... beda kan sama yg sekarang?

Mikir 100x dulu yuk sebelum merendahkan Drummer lain, apalagi merendahkan Drummer legend.

Rekaman pakai Analog itu gak semudah dan semurah rekaman digital. Pressurenya beda.

Konon waktu saya rekaman pakai analog (saya alhamdulillah pernah rasain rekaman 3 album pakai analog) operator legend alm. Mas Harry Triple M mengatakan. "Gak boleh salah sampe 7x ya. Nanti suaranya jadi tipis! Pitanya kudu dinetralkan lagi, ribet."

Nah, jadi nambah ilmu kan? 😊

@DennyAJD
Voodoo band, Lecturer at Institut Musik Indonesia, Lecturer at Yamaha Master Course Akademia, Owner Ostinato Drum School. Yamaha Drums senior Endorsee, Paiste cymbal endorser, Evans Drumhead Endorsee. Owner KlinikDrum.com.

Youtube.com/DennyAJD
Instagram: DennyAJD
Twitter: @DennyAJD



1 komentar: