Selasa, 11 Agustus 2015

Mau Aksi? Tau momentnya!



Aksi pada penampilan bermusik adalah suatu gerakan/tindakan pemain yang dapat meningkatkan nilai performancenya.

Misalnya memutar gitar bagi para gitaris, lempar bass bagi para bassist, banting2 keyboard bagi keyboardist, lompat dari speaker bagi para vokalist dan muter2 stick bagi para Drummer atau simply sebuah fill-in atau beat yang menarik.

Aksi pada penampilan ibarat bumbu penyedap pada makanan, agar tidak hambar, membuat penonton berkesan dan menambah semangat.

Tapi bagaimana apabila si drummer muter stick dari awal lagu sampai akhir? Drummer sudah mirip dengan kincir angin.

Bagaimana bila si Gitaris muter2 gitar sampai 5 kali dalam satu lagu? Gitaris bikin takut pemain2 sekitar (takut kehantam gitar).

Wah itu bukan lagi menjadi aksi, tetapi menjadi rutinitas. Pola 'aksi' sudah terbaca, sudah tidak asing, sudah basi.

Se-keren apapun aksinya, kalau dimainkan terlalu sering, tidak pada momentnya, tidak pada tempatnya, ya jadi norak.

Ibarat ada seorang cewek cantik banget yang sedang diperhatikan cowok yang sedang duduk di sebelah mejanya, sudah hampir sejam.

Kemudian si cewek melirik dan senyum kepada tuh cowok (hanya sekali dan sebentar), si cowok itu bisa kejang2 dan bakal keingat terus sepanjang masa. :D

Lain hal bila si cewek langsung main mata, melirik berkali2, menatap terus. Wah, bisa2 tuh cowok salah tafsir. Bahkan bisa dianggap cewek gampangan. Nah.... make sense?

So, seberapa sederhana aksimu, jika ditampilkan tepat waktu dan tidak diumbar, pasti akan berkesan.

Begitu juga dengan aksi yang ribet nan susah. Bila ditampilkan terlalu sering, akan menjadi hal yang biasa. Membosankan karena sudah terbaca.

Berlaku juga pada fill-in. Too much fill in = you're dead. Vokalist merasa terganggu, basist kehilangan groove, gitaris mencari-cari ketukan. Keseluruhan lagu kehilangan nyawa. Waduhh...

Ingat porsimu sebagai drummer. Jangan melewati batas porsi semestinya agar tidak saling menggenangi porsi2 pemain lain dan merusak mood mereka, mood penonton dan mood juri (bila dalam suasana kompetisi).

Saya ingat masa2 'ajaib' saya menjuri Asian Beat di tahun 2005-2009 dimana para pemain saling unjuk gigi gak karuan.

Lagu menjadi prioritas nomor 2, yang penting aksi, aksi dan aksi. Lompat sana, lompat sini. Senar gitar digigit, gitar diinjak2, cymbal dilempar2, vokalist kayang, keyboard digoyang. Wadowww!!! Pusing saya (!)

Sampai pada pada akhirnya saya mengatakan satu kalimat ke setiap kota saya bertugas.

"Ini Asian Beat, bukan Asian Sirkus. Saya cari musiknya, bukan sirkusnya"

Alhamdulillah sekarang Asian Beat kembali normal, aksi2 lebay sudah jauh berkurang.

Ingat pepatah yang pernah dilontarkan oleh Jackie Chan di film The Karate Kid.

"Wu Ji Bi Fan"

-Sesuatu yang berlebihan justru menjadi tidak baik-

@DennyAJD

Tidak ada komentar:

Posting Komentar