Minggu, 28 Desember 2014

Musisi vs Attitude

-Musisi vs Attitude-

Kenapa "versus"? karena biasanya attitude berubah ketika si musisi mencapai suatu level tertentu. Diawal belajar mungkin masih (let's say) ramah, tapi ketika ngetop jadi (let's say) sombong. Tapi ada juga attitude tidak baik memang karena bawaan lahir.

Tapi bukan cuma "sombong" aja yang jadi bagian dari Attitude.

Attitude itu mencangkup:

- Social behavior (tutur kata, sifat, sikap, bahkan facial expression)
- Saling menghargai atau tidak terhadap sesama musisi atau lainnya
- Disiplin waktu, disiplin kontrak dan komitmen lainnya
- Tim work (di band, di lembaga pendidikan)
- Dalam hal mendidik
- Kejujuran

Skill tinggi, jam terbang tinggi, video youtube ribuan, ngetop gak terbendung, karya menumpuk gak jaminan si musisi bisa maju bila attitude NOL atau bahkan minus. Bila tidak melalukan perubahaan, si musisi akan seperti mengisi ember bocor. Di satu sisi ia bekerja terus untuk kemakmuran dan popularitas, di sisi lain fans2nya ngacir. Lama2 lubang bocorpun semakin besar. Fans lenyap, karya tidak laku.

Social behavior
Tutur kata, sikap, sifat, penampilan adalah yang pertama nampak. Walau hatinya baik, tapi kalau tampilan atau at least facial expression gak ramah, orang2 akan mencapnya sombong. "Ih, mukanya senga!". Lah, ngomong aja belum sudah dibilang "senga". Begitulah orang2, mudah nge-judge dari penampilan. Padahal banyak yang murah senyum tetapi ketika sudah kenal baru ketahuan ngaconya.

Saling menghargai
Saling menghargai sepertinya hal yang simple. Tapi tidak juga bagi musisi yang merasa "lebih" untuk menghargai musisi lain yang biasa-biasa aja. Atau musisi biasa yang melihat musisi skillfull dengan kalimat "buat apa main sampe begitu? Emang perlu?!". Tidak saling menghargai bisa berujung konflik. Bahayanya adalah, dunia musisi itu kecil, ketemunya pasti dengan orang yang itu-itu aja. Kalau dalam ruang lingkup kecil tapi sudah berkonflik, gimana mau maju? Saling menghargai mudah kok. Bimbing musisi yang "kurang", kasih arahan, kasih masukan, dibantu bukan diledek. Dukung musisi yang punya kelebihan bukan mengatakan "gw juga bisa!" :)

Disiplin
Ini urusannya dengan EO, pemegang merk alat musik, sekolah musik, band dll. Disiplin adalah cermin kepribadian si musisi, disipilin waktu adalah patokan si musisi dapat dihandalkan atau tidak, disipilin komitment adalah patokan si musisi setia atau tidak. Musisi minus disiplin waktu bakal jadi musisi yang paling dihindari oleh siapa aja. "Wah si itu ngaret gila. Gw gak berani deh flight bareng dia!". Lebih parah lagi bila si musisi telat untuk event live suatu stasiun tv. Disiplin komitmen juga sangat krusial, ketika si musisi (let's say) dikontrak alias di-endorse oleh suatu merk alat musik tetapi diam2 main alat musik yang tidak sesuai kontrak dan ketahuan pula. Ya sudah, tunggu tanggal "mainnya". Bisa jadi pemutusan kontrak atau mungkin sampai tuntut pengadilan.

Tim work
Yang diharapkan dari kerja tim di band adalah tidak jauh dari masalah On time dan hubungan baik antar personil. Ada beberapa kasus band member yang dikeluarkan karena bermasalah dengan waktu dan banyak juga yang dikeluarkan karena menjadi provokator yang mengancam keutuhan suatu band. Di lembaga pendidikan adalah baik tidaknya kordinasi antara guru/dosen. Sehingga kehadiran suatu guru tidak menentu, kadang nongol, kadang hilang berminggu-minggu tanpa kabar. Hasilnya adalah pemutusan hubungan kerja.

Dalam mendidik
Guru yang baik adalah guru yang dapat menangkap arah persepsi siswa2nya dan mengarahkan persepsi2 tersebut sehingga terarah dan sejalan dengan apa yang disampaikan oleh gurunya. Gak selalu murid itu salah, yang salah bisa jadi gurunya yang tidak mengerti persepsi murid2nya sendiri. Tapi yang lebih tidak enak di mata murid adalah guru yang sok galak dan mengajar dengan intimidasi dan hukuman2an yang berlebih. Efektif kah? Justru siswa trauma dan ngacir.

Kejujuran
Kejujuran pasti lah. Siapa juga yang mau bekerjasama dengan orang yang tidak jujur? Ketidak jujuran walaupun cuma sedikit akan bergema kemana saja dari antara musisi, hingga ke EO dan sekolah musik bahkan pemegang merk alat musik. Kerja dengan orang tidak jujur? NO WAY.

So, sebagai musisi alias entertainer, hendaknya memiliki jiwa yang menghibur juga. Bukan permainan saja, tetapi keseluruhan. InsyaAllah apa yang kita kerjakan sebagai musisi dengan attitude baik akan selalu mendapatkan manfaatnya. :)

Jumat, 19 Desember 2014

Mengenal istilah Ostinato, Polyrhythm & Independence


"lho, bukannya Ostinato, Polyrhtym dan independent itu sama?" Itulah kebingungan yang sering tektok ke kuping saya. So, langsung aja...


Ostinato:

Pengulangan suatu pattern yang menghasilkan suatu rhythm. dimainkan secara berulang/looping. dalam 1 ketuk 1/4 atau 4 ketuk 1/4. Pengulangan lebih dari 1 bar? bisa aja.

Bagi seorang pemain Piano, Ostinato biasa dimainkan pada tangan kiri. Ketika tangan kiri 'doing the Ostinato', tangan kanan memainkan solo. Yang terpenting tangan kiri jangan sampai 'off' dari tema Ostinato yang sedang dimainkan.

Bagi seorang Drummer, Ostinato bisa dimainkan pada:

-kedua kaki
-kaki kiri saja
-kaki kanan saja
-kedua tangan
-tangan kiri saja
-tangan kanan saja
-kaki kiri & tangan kanan
-kaki kanan & tangan kiri
-tangan kanan & kaki kanan
-tangan kiri & kaki kiri

pada saat itu, 'limbs' yang lain memainkan solo atau pattern yang berbeda.

Ostinato juga bisa dimainkan dengan time signature yang tidak lazim seperti: 5/8, 5/16, 7/8, 9/8 etc...

contoh:



Polyrhythm & Polymeter

Memainkan 2 variasi ketukan dengan satuan yang berbeda secara bersamaan. misalnya:

1/8 over 1/8 triplet
1/8 triplet over Quintuplet
Quintuplet over Septuplets
etc...

Bisa juga dalam bentuk Time Signature yg berbeda. misalnya:

3/8 over 4/4
3/16 over 7/8
6/8 over 9/8
etc...

Polyrhythm atau polymetric 'normal'nya hanya dimainkan sebanyak 2 layer (3/4 over 4/4) tapi ada juga satu orang gila yang memainkan hingga 4 layer secara bersamaan (2/4, 3/8, 5/16 & 7/8):



Independence:

Independence tidak lain hanya 'kemampuan' si Drummer untuk melakukan semua diatas.
Independence = ability to do the work